![Adalah Adalah](/uploads/1/2/5/4/125465853/498074141.jpg)
Mengenai berbagai krisis yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 krisis ini berkembang secara cepat menjadi krisis keuangan dan perbankan,krisis ekonomi,dan didramatisir dengan terjadinya krisis social (antara lain terjadinya kerusuhan,pembakaran,pengrusakan,dan penjarahan berbagai asset ekonomi pada tanggal 13 dan 14 mei 1998) Krisis yang melanda perbankan ditandai dengan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank, selain itu NPL (Non Performance Loans) semakin meningkat yang mengakibatkan bank mengalami kerugian. Krisis perbankan tersebut juga ditandai dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Tanggal 24 November 1997 yang mencabut izin usaha 16 Bank Swasta, dilanjutkan dengan pembekuan operasi 7 Bank Swasta dan pengambilalihan (Take Over) 7 Bank Swasta dan BUMN oleh BPPN. Dengan kondisi tersebut berbagai langkah-langkah telah dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menyehatkan kembali Industri perbankan Nasional. Tujuan fundamental dari kegiatan operasional bank adalah mencapai keuntungan (Profitabilitas) yang optimal. Keuntungan terbesar yang dimiliki dari kegiatan operasional bank adalah pendapatan bunga yang diperoleh dari penyaluran kredit. Untuk melaksanakan kegiatan operasioanalnya demi mencapai profitabilitas yang optimal, bank harus dapat meningkatkan kinerjanya serta mengembangkan usahanya dengan baik berdasarkan ketentuan Prudential Banking Regulation. Meningkatnya kinerja bank akan meningkatkan kepercayaan masyarakat yang pada gilirannya sangat membantu managemen bank dalam menentukan strategi bisnis yang baik.
Salah satu hal yang menjadi perhatian khusus pihak manajemen bank adalah tingkat liquiditas dan kemanpuan profitabilitas dari bank. Secara kasat mata, liquiditas dan profitabilitas merupakan instrument yang saling bertolak belakang. Apabila bank terlalu bertindak konservatif dalam menjaga liquiditas, bukan hal yang tidak mungkin akan mendapat Idle Fund (dana menganggur) yang terlalu besar yang berimbas terhadap menurunnya mobilisasi dana bank, yang pada akhirnya berdampak kurang maksimalnya pencapian laba bank. Sebaliknya apabila bank bertindak secara aktif mengejar laba dengan mengalokasikannya secara maksimal dana yang dimilikinya pada kegiatan operasionalnya, hal ini dapat menjadikan penggunaan dana yang lebih besar, sehingga pemenuhan kewajiban jangka pendek bank tidak dapat terpenuhi, yang berakibat menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank. Berdasarkan Undang - Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang - Undang No.7 Tahun 1992 dinyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usahanya serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usaha.
Hal yang paling krusial dalam pembuatan proposal usaha adalah penjelasan pada aspek keuangan, karena perhitungan yang cermat dan analisa yang tepat akan menentukan kelayakan usaha yang akan dijalankan. Mar 17, 2014 - dalam% in%. Nilai nominal (dalam jutaan Rupiah). Par value (in Rp. Laporan keuangan Perusahaan serta. This proposal equals a.
Unsur kepercayaan masyarakat terhadap sebuah bank, dapat berpengaruh terhadap kemampuan bank dalam menghimpun dana - dana masyarakat atau dari kelembagaan (Institusi). Seberapa besar unsur kepercayaan ini tergantung kepada kinerja internal bank sendiri (dan kinerja perbankan pada umumnya pula) yang diwakili oleh gambaran dari tingkatan kesehatan bank. Kinerja itu mencakup unsur - unsur dalam CAMEL: Capital, Asset Quality, Management, Earning, Capasity serta Liquidity. Aspek - aspek tersebut dapat dipantau oleh masyarakat melalui laporan keuangan bank yang dipublikasikan; gambaran mengenai posisi keuangan bank; kemampuan bank mencetak laba dan menjaga likuditas serta integritas dan kredibilitas para manajemen (Direksi) dan pengawas (Komisaris) bank yang bersangkutan. Ekpektasi masyarakat menyangkut perkiraan pendapatan yang akan diterima oleh masyarakat penyandang dana dari bank dibandingkan dengan pendapatan dari alternatif penempatan dana lainnya. Tentunya, setelah mempertimbangkan pula berbagai tingkat resiko yang ada.
Hal itu tentu sangat bergantung pula pada berbagai kinerja perekonomian nasional secara makro yang mencakup; ekseptasi mengenai tingkat inflasi, tingkat suku bunga, gejolak tingkat nilai mata uang, tingkat pertumbuhan ekonomi dan sebagainya. Menurut Kuncoro (2002;220), Saldo giro di Bank Indonesia merupakan simpanan bank - bank yang tercatat dalam rekening giro di Bank Indonesia. Saldo tersebut lebih dikenal dengan Giro Wajib Minimum bank yang dapat dipelihara oleh bank-bank umum setiap hari. Saldo Giro Minimum diwajibkan oleh Bank Indonesia agar semua kewajiban liquiditas dapat segera dipenuhi, kewajiban tersebut antara lain penarikan dana melalui kriling, penarikan dana pemerintah, penarikan dana Kredit Liquiditas Bank Indonesia (KLBI) dan kewajiban-kewajiban segera lainnya. Giro Wajib Minimum atau Liquiditas Wajib Minimum atau Reserve Requirement merupakan cadangan primer bank, yang digunakan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya penarikan dana oleh nasabah bank, baik penarikan dana masyarakat yang disimpan pada bank tersebut, penarikan dana melalui kliring, maupun penarikan/pencairan kredit.
![Perusahaan Adalah Dalam Proposal Keuangan Perusahaan Adalah Dalam Proposal Keuangan](/uploads/1/2/5/4/125465853/568500591.jpg)
Saldo giro di Bank Indonesia merupakan salah satu alat liquid bank yang tergolong Asset yang tidak menghasilkan tetapi harus menjadi perhatian utama manajemen bank untuk mementau kecukupannya. Menurut Siamat (1999;237) Rasio, Profitabilitas mengukur efektifitas bank memperoleh laba disamping dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan bank, rasio - rasio profitabilitas sangat penting untuk diamati mengingat keuntungan memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber - sumber modal bank. Teknik analisis Profitabilitas melibatkan hubungan antara pos - pos tertentu dalam laporan perhitungan laba rugi untuk memperoleh keuntungan yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai efisiensi dan kemampuan bank memperoleh laba.
Contoh proposal skripsi manajemen keuangan merupakan contoh proposal penelitian yang akan kami sajikan di bawah ini. Dalam contoh kali ini diangkat tema tentang laba, yaitu pendekatan analisa break event point untuk merencanakan laba jangka pendek pada perusahaan penyulingan minyak kayu putih.
Analisa break even merupakan teknik yang digunakan untuk mengetahui titik batas sampai dengan titik volume penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita kerugian. Dalam hal ini pemimpin perusahaan atau manajer akan memikirkan titik batas volume produksi dan volume penjualan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian. Di sinilah ilmu tentang manajemen keuangan diperlukan bila menghadapi contoh persoalan perusahaan semacam ini. Untuk mendapatkan daftar lengkap contoh skripsi akuntansi lengkap / tesis akuntansi lengkap, dalam format PDF, Ms Word, dan Hardcopy, silahkan memilih salah satu link yang tersedia berikut: Contoh Tesis. Contoh Skripsi. PENDEKATAN ANALISA BREAK EVEN POINT UNTUK MERENCANAKAN LABA JANGKA PENDEK PADA PERUSAHAAN PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH SENDANG MOLE BAB I PENDAHULUAN A.
Latar belakang permasalahan Setiap perusahaan apapun bentuknya tentu mempunyai tujuan pokok untuk memperoleh laba atau keuntungan, sehingga di dalam usaha untuk mencapainya perlu memperhitungkan segala faktor yang terkait seperti biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, strategi pemasaran, tingkat penjualan yang mampu dicapai serta harga pokok penjualan yang diinginkan. Dalam merencanakan kegiatan usaha, manager akan dihadapkan pada situasi dimana keputusan harus diambil dengan cepat dan tepat. Apalagi dalam kondisi yang serba sulit seperti sekarang ini sedikit sekali persoalan yang dihadapi oleh perusahaan bisa diselesaikan sederhana dengan mengesampingkan perhitungan-perhitungan yang tepat.
Pada umumnya perusahaan akan memanfaatkan peluang-peluang serta sumber daya yang dimiliki, dengan cara memaksimalkan keluaran (output) dan meminimalkan masukan (input). Banyak contoh perhitungan yang bisa diterapkan untuk memperoleh laba yang diinginkan, salah satunya yang sering dipakai adalah mencari titik impas. Break even adalah suatu keadaan dimana suatu perusahaan yang tingkat penjualannya (revenue) impas dengan biaya totalnya, atau dengan kata lain tidak mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak menderita kerugian. Break even sering digunakan oleh seorang manajer perusahaan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh, karena analisa Break Even diyakini mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan, bagaimana hubungan antara volume penjualan, biaya-biaya yang dikeluarkan, dan tingkat laba yang diperoleh pada level penjualan tertentu. Usaha manajemen perusahaan untuk merencanakan volume penjualan yang sesuai, serta diketahuinya tingkat Break Even, akan memberikan petunjuk yang dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan untuk meningkatkan perjualan tersebut. Manajemen perusahaan dapat memperbaiki hubungan antara biaya operasional dan biaya produksi dengan nilai harga jual agar perusahaan tidak terlalu menderita kerugian di satu pihak, sedang di pihak yang lain perusahaan dapat mempertimbangkan untuk mengurangi keuntungan sesuai dengan jumlah yang dikehendaki dengan maksud untuk menjaga kestabilan pasar dan untuk memenangkan persaingan. Dalam melaksanakan analisa Break Even pada umumnya digunakan asumsi-asumsi antara lain sebagai berikut (Supriyono, 1996:309):.
Biaya dalam perusahaan dapat dibagi dalam golongan biaya variabel dan biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi/ penjualan. Ini berarti biaya variabel persatuannya adalah sama. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah-ubah meskipun ada perubahan volume produksi/ penjualan. Ini berarti biaya persatuannya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan. Nilai harga jual persatuannya tidak berubah selama periode analisa.
Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Penyulingan minyak kayu putih Sendang Mole di Kabupaten Gunung Kidul merupakan perusahaan milik Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, didirikan pada tahun 1971 terletak di suatu areal kawasan hutan, tepatnya di petak 19 masuk wilayah Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul. Pada awalnya perusahaan ini didirikan sebagai upaya penganekaragaman usaha produksi, disamping usaha-usaha yang lain seperti hasil hutan yang berupa kayu pertukangan dan kayu bakar, usaha sutera alam, sheerlak (bahan politur) dan kayu cendana. Dalam perkembangannya sampai pada saat ini, perusahaan minyak kayu putih merupakan sumber pendapatan asli daerah melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sedang usaha yang lain seperti sutera alam, sheerlak dan kayu cendana bisa dikatakan tidak berhasil. Selain penyulingan minyak kayu putih sendang mole, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai 2 (dua) perusahaan penyulingan minyak kayu putih di Gelaran Kecamatan Karangmojo Gunung Kidul, dan penyulingan minyak kayu putih di Mangunan Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Dalam pembicaraan ini kita mengkhususkan penelitian kita pada Perusahaan Penyulingan Minyak Kayu Putih Sendang Mole.
Bahan baku yang diperlukan berupa daun kayu putih, memanfaatkan tanaman hasil pelaksanaan reboisasi yang dilakukan pada dekade tahun 1960-an. Untuk perusahaan penyulingan minyak kayu putih sendang mole disediakan areal tanaman yang ada di BDH (Bagian Daerah Hutan) Playen seluas ± 1.800 ha, dan di BDH Paliyan seluas ± 250 ha. Jumlah luas tanaman kayu putih tersebut dalam menyediakan bahan baku bila dibandingkan dengan kapasitas kemampuan penyulingan diperhitungkan telah cukup tersedia.
Di dalam perhitungan rugi/ laba perusahaan, terdapat beberapa pengecualian yaitu biaya bahan baku dan gaji pegawai.